Pembekalan Proses Pembimbingan Mahasiswa Doktoral Informatika
Sebagai program studi baru, Program Studi (Prodi) S3 Informatika Universitas Telkom senantiasa berkeinginan menyelenggarakan program pembelajaran yang berkualitas. Mengingat proses pelaksanaan disertasi adalah kegiatan yang dominan dilaksankaan pada jenjang S3, maka Prodi S3 Informatika mengadakan kegiatan yang bertajuk “Pembekalan Proses Pembimbingan Mahasiswa Doktoral Informatika”. Kegiatan ini sendiri dilaksanakan pada Hari Rabu tanggal 29 September 2021. Sasaran peserta kegiatan ini adalah para promotor, kopromotor dan juga calon-calon ko-promotor yang berada di lingkungan Fakultas Informatika Universitas Telkom. Yang bertindak sebagai pembicara pada kegiatan ini adalah Prof. Selo, ST., M.T., M.Sc., Ph.D.
Dalam pemaparannya, Prof. Selo mengutarakan berbagai peran dan kewajiban yang perlu dilakukan oleh berbagai pihak dalam peleaksanaan program doktoral. Berbagai pihak yang dimaksud adalah Institusi baik Program studi maupun Fakultas, Promotor, dan juga Kandidat (mahasiswa S3). Peran dan kewajiban ini mutlak difahami dan dijalankan agar kandidat dapat menyelesaikan perjalanannya dalam studi S3.
Institusi dalam kelancaran program S3 dituntut dapat berperan aktif dalam berbagai hal. Institusi wajib melakukan monitoring kerja tim promotor dan kandidat. Proses monitoring ini dapat dilaksanakan dalam berbagai bentuk seperti seminar, assesment yang dilaksanakan secara periodik. Institusi juga perlu membuat sebuah sistem yang dapat mendukung dan mendokumentasikan kegiatan penelitian dan publikasi dari seorang kandidar yang menjalankan studi di tempatnya. Proses monitoring yang rutin diharapkan terus menerus dilakukan untuk meminimalkan konflik. Tidak jarang, institusi perlu menjadi penengah konflik dari beberapa pihak. Konflik bisa beragam sebagai contoh ketidak harmonisan hubungan antara mahasiswa dengan promotor/kopromotor. Institusi juga dituntut dapat menyediakan lingkungan yang kondusif bagi pelaksanaan studi kandidat. Beberapa fasilitas seperti penyediaan jurnal referensi, peralatan, sarana dan prasarana penunjang studi. Institusi juga perlu memfasilitasi pertemuan rutin antara kandidat dengan promotor, agar mahasiswa dapat mencapai milestonenya. Institusi juga perlu memonitor perkembangan mahasiswa. Apabila diperlukan, pertemuan khusus perlu secara intensif mencari solusi. Apabila hal ini tidak diperhatikan, dapat terjadi kasus terburuk bagi mahasiswa kandidat.
Pada kesempatan ini pula dilaksanakan diskusi dan tanya jawab antara narasumber dengan peserta. Salah satu peserta yakni Prof. Saparudin yang saat ini juga bertindak sebagai promotor pada Prodi S3 Informatika mengutarakan bahwa beliau memberikan beberapa tugas bagi mahasiswa kandidatnya. Sebagai contoh tugas yang diberikan dalah dengan membaca banyak paper, mengidentifikasi paper-paper yang ada apakah tergolong main paper, additional paper ataukah fake paper. Mahasiswa juga didorong untuk dapat memetakan pohon penelitian, menemukan ranting-ranting peneltiian, dan perlu mengambil salah satu ranting penelitian sebagai topik yang akan dibahas. Mahasiswa juga diwanti-wanti agar tidak terjebak menjadi “doktor review”, yang artinya sangat perlu sesegera mungkin menemukan masalah, mengambil masalah tersebut sebagai topik penelitiannya. Dalam diskusi, Prof. Selo menegaskan bahwa ada kemungkinan mahasiswa masih belum menemukan masalah padahal pohon sudah tergambarkan. Permasalahan seperti ini menjadi tanggungjawab para pihak untuk melakukan aksi prefentif. sebagai contoh, antara kandidat dan promotor perlu melakukan pertemuan rutin dan juga melakukan pelaporan progress penelitian. Pertemuan-pertemuan seperti itu harus dilakukan secara intensif.
Terhadap promotor, Prof. Selo menguratakan berbagai hal. Diantaranya, proses pembimbingan adalah kesempatan untuk seorang promotor dapat mengupdate pengalaman. Proses update diperlukan untuk dirinya dan juga mahasiswa yang dibimbing. Promotor diharapkan peka terhadap situasi, terutama situasi yang dialami oleh mahasiswa dibawah bimbingannya. Proses pembimbingan juga merupakan proses mentoring antara promotor dengan ko-promotor, sehingga dimasa yang akan datang dapat dicetak promotor-promotor baru. Promotor memiliki kewajiban untuk melaksanakan pemimbingan akademik secara tuntas, hingga kandidat lulus dari studinya. Promotor juga diminta untuk dapat membantu kandidat berbaur dalam komunitas keilmuan yang ditekuninya. Promotor perlu menyediakan lingkungan kolaboratif, dan juga mendorong kandidat dapat melaksanakan pendekatan belajar mandiri. Promotor juga perlu untuk dapat mengikuti isu dan literatur penelitian kandidat.
Prof. Selo juga menjabarkan beberapa hal yang dapat dilakukan oleh mahasiswa sebagai kandidat doktor. Kandidat harus mandiri. Mandiri menjadi kata kunci bahwa mahasiswa telah siap melaksanakan penelitian di masa yang akan datang. Selain itu, kandidat perlu menunjukkan komitmen dan inisiatif yang tinggi. Komitmen dapat berhubungan dengan progres penelitian, mencapai milestone-milestone yang ada. Kandidat juga perlu memahami aturan dan prosedur yang berlaku. Jangan sampai ada tahapan tertentu yang terlewat oleh kandidat. Selain itu, kandidat juga perlu menunjukkan inisiatif dan identifikasi masalah yang diangkat. Prof. Selo juga menambahkan bahwa kandidat perlu menepati ‘janji’ dengan promotor dan melakukan komunikasi intens dan teratur guna kelancara studi yang dilakukan.
Berkaitan dengan komunikasi, Benny mahasiswa S3 Informatika yang juga menjadi peserta menanyakan kepada Prof. Selo tentang bagaimana etika komunikasi dengan promotor? Pertanyaan inin diajukan mengingat adanya kemungkinan perbedaan kultural antara kandidat dengan promotor.
Sebagai tanggapan, Prof. Selo mengutarakan bahwa hubungan promotor dan kandidat adalah setara dalam artian kerjasama. Sebagai contoh: kandidat perlu memahami kapan waktu yang tepat untuk komunikasi, seperti apakah dijam kerja saja atau bebas. Tentu akan berbeda antara seorang promotor dengan yang lainnya. Contoh yang lain, seorang promotor mungkin saja ada yang memiliki kebiasaan tidak boleh bekerja berlebihan. Hari libur nikmati waktunya, sebagai gantinya saat jam kerja harus fokus dan melaksanakan pekerjaan dengan baik.
Prof. Selo juga mengutarakan mengenai keuntungan menjadi promotor. Salah satunya adalah belajar menjadi mudah karena dipaksa untuk membaca oleh mahasiswa kita. Meskipun laporan mahasiswa masih dalam domain promotor, namun belum tentu promotor pernah mempelajarinya. Proses pembimbingan doktoral dapat dijadikan wahana belajar agar update pengetahuan yang dipelajari. Sebagai seorang dosen, promotor tentunya perlu naik jabatan. Dengan membimbing ada peluang menjadi penulis, dan tentunya ada angka kredit yang diperlukan untuk proses naik jabatan. Terkait publikasi, seorang promotor akan terbantu oleh banyaknya mahasiwa yang dibimbingnya. Jumlah sangat penting. Kesempatan saat sekolah adalah kesempatan melakukan publikasi yang sebanyak-banyaknya. Seiring dengan jumlah, kualitas akan meningkat dengan sendirinya, dari yang awalnya Q1 akan lama-lama meningkat saat jumlah semakin banyak.
Selain hal-hal yang diutarakan di atas, baik promotor, kandidat ataupun institusi juga didorong untuk menciptakan kegiatan-kegiatan informal. Kegiatan dapat dilakukan dengan cara makan bersama, gowes bareng, hiking atau kegiatan lain yang bermanfaat untuk menciptakan hubungan yang harmonis antara promotor, kopromotor dengan kandidat.